Alat Bajak

Bajak (juga dikenali dengan istilah Luku dan Tenggala) merupakan sebuah alat pertanian tradisional yang digunakan untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih. Bajak biasanya ditarik oleh seekor sapi atau kerbau. Di balik alat bajak yang ditarik dengan sapi atau kerbau, tersimpan ajaran filosofi yang tinggi dari Sunan Kalijaga.

Dalam bahasa Jawa, bajak disebut dengan LUKU. Berawal dari kata LAKU atau MLAKU. Artinya, orang membajak sawah, ibaratnya adalah orang yang sedang memulai suatu kehidupan. Maka dalam melakukan kegiatan ini haruslah berpegang pada beberapa hal. Yaitu beberapa bagian pada alat LUKU (bajak) seperti Cekelan, Pancadan, tandhing, singkal, kaijen.

  • CEKELAN (Pegangan)

Bagian LUKU atau bajak yang dipegang oleh pengemudinya. Maknanya, setiap kita menjalankan aktivitas kehidupan harus punya pegangan hidup​​

  • PANCADAN (Pijakan)

Tempat kaki memijak dengan kuat. Agar luku bisa terbenam masuk ke tanah dan membalik tanah saat ditarik.Maknanya, dalam menjalankan kehidupan kita harus mempunyai pijakan yang kuat, prinsip yang kuat. Agar mampu membalikkan keadaan yang sulit menjadi mudah.

  • TANDHING (Pasak)

Berguna untuk menguatkan sambungan agar tidak goyang. Maknanya. dalam kehidupan kita harus siap NANDHINGKE (membandingkan) ataumenimbang- nimbang suatu keadaan sebelum memutuskan sesuatu. Bila pertimbangan kita masak dan kuat, maka keputusan kita akan tepat​.

  • SINGKAL (Singkatan Sing Sugih Akal)

Berstruktur unik, sehingga saat dijalankan mampu membalik tanah yang dibajak dan menjadi gembur.  Maksud dari singkatan Sing Sugih akal adalah dalam menjalankan hidup, kita harus panjang akal. Tidak mudah putus asa. Kalau mendapat masalah, harus pandai berpikir untuk memecahkannya.

  • KAIJEN

Mata singkal yang terbuat dari plat besi/baja. Kaijen berasal dari kata Ka-Ijen yang artinya Yang Satu. Maknanya dalam menjalankan hidup ini kita harus ingat yang satu yaitu Tuhan Yang Maha Esa​.